Minggu, 20 Desember 2015

Selaras Dengan Semesta

Tatkala terik matahari begitu menyengat, tetes keringat mengalir deras dan rasa lapar yang serasa tak tertahankan, aku pergi ke kantin, suatu tempat yang kuanggap sebagai tempat yang istimewa, yang dapat memberikan rasa nyaman dan pas untuk kembali menata pikiran yang urakan nun tak karuan.Ya, sekedar mencari tempat teduh, mendinginkan benak dan mengobati rasa lapar.

"Loteknya ada Bu?" Aku bertanya.

"Ada Mas." Sang Ibu Kantin menjawab.

"Berapaan Bu?" Kembali aku bertanya.

"Rp. 6000 Mas." Jawab Sang Ibu Kantin.

Kurogoh sakuku, kuambil dompetku, lalu aku mengernyitkan dahi. Ternyata, uang yang ada di kantungku hanya tersisa Rp. 11.000, yang bilamana aku membelinya (membeli lotek), berarti uangku akan tersisa Rp. 5000 (mengingat ini masih awal bulan). Namun tak apa.

"Ada uang Mas?" Tanya Sang Ibu Kantin.

"Ada kok Bu." Jawabku dengan senyum.

"Kalau gak ada, gak apa mas. Ibu bayarkan." Sang Ibu Kantin menawarkan." Ibu beneran kok Mas." Pungkas Sang Ibu Kantin.

"Ada kok Bu. Ini, Rp. 10.000." Aku menjawab pertanyaan Sang Ibu Kantin, mengeluarkan uang yang tersisa di dompetku, yang sekaligus sok gaya menolak bantuannya.

"Hehe, iya Mas. Lagian kalau habis tinggal narik di ATM, kan?" Sang Ibu Kantin tertawa dengan penuh canda ria. Sedang aku hanya dapat kembali memgernyitkan dahi.

"Gimana, udah wisuda?" Sang Ibu Kantin kembali bertanya, dan aku hanya bisa menjawab dengan helaan nafas panjang dan untuk kesekian kalinya, aku mengernyitkan dahi.

Percakapan pun selesai. Kusalami Sang Ibu Kantin, kucium punggung telapak tangannya, dengan catatan Sang Ibu Kantin mengingatkanku kepada sosok Uwak di kejauhan sana, dan Sang Ibu Kantin pun menganggapku sebagai anak angkatnya.

Selesai, tapi `ibrah dan natijah belum selesai. Pelajaran dan kebijaksanaan yang dapat diambil adalah; "Di mana pun kau berada, jangan pernah lupa untuk menolong orang lain, menebarkan senyum kepada orang lain. Senyum adalah investasi. Senyum mampu menjadikan pribadi hebat, dan  senyum dapat menciptakan kualisasi diri. Tersenyum, menegur, ataupun menyapa adalah hal-hal sederhana, namun efeknya luar biasa. Sekurang-kurangnya, kau memandang dunia dan sesisinya, manusia dan kehidupan bersama dengan `ainur rahmah (mata yang penuh dengan cinta kasih dan welas asih). Jika kau melakukan kesemua itu, atau setidaknya salah satu darinya, niscaya kau tak akan pernah tersesat di tengah carut-marut dunia. Karena selalu ada orang-orang yang menginginkan kau tetap ada, merindukan jasad dirimu, dan senantiasa menolongmu tatkala kau berada dalam posisi terhimpit dan terjepit."

Ya begitulah kiranya hidup, selaras dengan semesta. Ketika kau selaras dengan semesta, kau akan merasa seperti mengapung di air. Jika kau menolaknya, kau akan tenggelam. Jika kau pasrah (menerima segala ketetapan dengan lapang dada, dengan hati terbuka dan penuh cinta), kau akan disangga air dan kau akan mengapung. Seperti itulah rasanya, dan begitulah kau menyelaraskan diri dengan semesta. Lepaskan ketegangan dan mengapunglah! []


Pojok Kantin UIN Su-Ka, 03 November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar