Kamis, 07 Januari 2016

Negeri di Ujung Tanduk

Aku melihat realita duka saudara satu bangsaku
Tak mampu menembus tembok tebal lagi tinggi
para eksekutif negeri yang lupa status jabatannya
bahwa mereka sejatinya adalah pembantu negeri ini
Aku melihat gambar tentang kakak-adik sengsara
Seorang kakak yang membiarkan adiknya tertidur
di atas perutnya yang lapar, pulas tak ada tenaga

"Tidurlah Dik, agar tak terasa lagi rasa laparmu!
Lupakanlah hari kemerdekaan esok! Lupakanlah!
Karena pada kenyataannya kita tak pernah merdeka!
Tidurlah Dik, dan sunggingkanlah senyum di bibirmu!
Akan kubelai kau dengan tanganku yang suci dari dosa
minta-minta dan menjarah hak orang lain secara paksa...

Tidurlah Dik, biarkanlah mereka menghabiskan jutaan
bahkan miliyaran hingga triliyunan uang yang dibutuhkan
hanya untuk sekedar membakar petasan kembang api
dalam rangka memperingati tahun baru - hari kemerdekaan
dan hari-hari yang mereka anggap penting lainnya
yang entah mereka persembahkan untuk siapa?
Sedang mereka melupakan rakyat-rakyat jelata seperti kita
yang semakin hari semakin bingung hidup di negeri sendiri
menyaksikan secara langsung negeri di ujung tanduk,
di mana rakyatnya seperti gelandangan di kampung sendiri..."

Yogyakarta, 07 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar