Jumat, 08 Januari 2016

Nasehat Simple

Sebelum berangkat pergi keluar Jawa menuju Sumatera alias pulang, setelah menikmati senja yang mulai tua di tengah-tengah sawah, bersama semilir angin dan rintik hujan, rokok-rokok Djarum Super dan kicauan-kicauan burung gereja, disusl dengan mencari udara segar saat pagi menyambut matahari dengan raut tatap penuh binar, dapet nasehat dari Syaikh Muhammad Yusup (salah satu dosen yang darinya tetap kujaga ta`dibu fi halil ghaib).

Syaikh Yusup berkata kepadaku; "Sudah semester sepuh kok masih setia ngampus. Kapan lulusnya? Sibuk apa sekarang?"

Aku menjawab; "Biasa Syaikh, sibuk menata hati hingga tertata sedemikian rapi. Merekatkan pecahan-pecahan emosi dan menjadikannya rumah kebahagiaan sejati."

Syaikh Yusup kembali berkata; "Owalah, galau akut itu (padahal galau yang biasa aja aku sama sekali tak merasa, apalagi yang akut, tapi ya biar saja)." Syaikh Yusup kemudian menyodorkan sebuah kitab (buku) dan melanjutkan perkataannya; "Ini ada obatnya, iqra` (bacalah)!"

Karena Syaikh Yusup memberi perintah membaca menggunakan bahasa Arab, maka aku anggap beliau mulai mengajak ber-muhadatsah (saresehan dalam bahasa Arab). Aku berkata: "Ma aqra` Syaikh (apa yang harus kubaca Syaikh)? Ayyu kitabin hadza (kitab tentang apa ini)? Man mu`allifuhu (siapa pengarangnya)?"

Syaikh Yusup mengerti bahwa aku pun hendak ber-muhadatsah bersamanya. Katanya; "Iqra` hadzal kitab (bacalah kitab ini)! Hadzal kitabul hadits li Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (ini kitab hadits karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani)."

Aku pun mulai membacanya, ada tiga hadits yang kubaca. Pertama (menurutku) tentang cinta kasih dan welas asih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam karyanya yang berjudul "Adabul Mufrad", Abu Daud, at-Tirmidzi dan yang lainnya (semuanya dari Sufyan bin Uyainah atau Ibnu Uyainah); "Berbelas kasihlah kamu kepada semua makhluk yang ada di bumi dan yang ada di langit."

ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ و مَنْ فِي السَّمَاءِ

Kedua (menurutku) tentang bagaimana menjadi pribadi yang berprinsip teguh dan berhati air yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (dari Abu Hurairah); "Rasa malu adalah bagian dari Iman, dan Iman berada dalam Surga, dan sikap terang-terangan (dalam perbuatan maksiat dan tidak memiliki rasa malu) adalah keburukan, dan keburukan berada di Neraka.”

الْحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ وَالإِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ , وَالْبَذَاءُ مِنَ الْجَفَاءِ وَالْجَفَاءُ فِي النَّارِ

Terakhir (menurutku) tentang bagaimana jika seseorang kehilangan arah dalam hidupnya yang diriwayatkan oleh Abu Daud (dari Samrah bin Jundub); "Hadirkanlah dzikir dan mendekatlah kepada imam, karena seseorang yang terus menjauh (dari imam), sehingga dia akan diakhirkan (masuk) ke dalam surga meskipun ia (akan) memasukinya."

احضروا الذكر ، وادنوا من الإمام ; فإن الرجل لا يزال يتباعد حتى يؤخر في الجنة وإن دخلها

"Gimana, baca kayak ginian adem to? Belinya (kitab) cuma sekali, tapi manfaatnya bisa berkali-kali. Ya udah, sekarang tulis. Hadzal qashir jiddan (ini pendek banget)! Semoga bermanfaat. Wallahu a`lam." Syaikh Yusup menyudahi saresehan, dan mengindikasikanku untuk menulis apa yang tadi dibaca.

Nasehat yang simple, tapi aku bahagia mendengarkannya. Nah, untuk kalian anak bimbingan akademiknya, Pembimbing Akademik kalian satu ini bulak-balik cerita tentang kalian kepadaku lho alias aku ngerti problem-promblem akademik kalian. Haha ... Zamakhsyari Utsman​, Usep Sasmita​, Akhmad Muzakki​, Lukman Al Hakim​, dan Andidiet Sii Pettir Berdarah​.

(Ujian rampung, langsung siap-siap ngo-te-we Lampung. Sampai jumpa di waktu yang akan datang wahai kota istimewa, dan sampai bertemu di Bab laku, wahai scriptshit. Haha ...)

Yogyakarta, 09 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar