Rabu, 10 Desember 2014

Man Jadda Wajada

“Man jadda wajada”  berarti barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan. Bagi para pembaca sekalian terutama mereka yang pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren tentunya kata-kata ini tidak asing lagi karena menjadi kata mutiara pertama yang diajarkan dalam mata pelajaran “Mahfudhat”.

Pada film “Negeri 5 menara”, sebuah film yang di adaptasi  dari novel “Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang dirilis awal tahun 2012, ada sebuah adegan menarik dimana ust salman (salah satu tokoh dalam film tersebut) masuk kedalam kelas saat jam pelajaran dengan membawa sebongkah kayu dan sebilah pedang yang tumpul. Saat itu adalah hari pertama dimana alif (tokoh utama dalam film tersebut) mengikuti kegiatan belajar mengajar.

“Brakkk” Ustadz Salman mulai mencoba mematahkan kayu tersebut dengan pedang tumpul dan berkarat yang dibawanya, terlihat sulit namun ia tak menghiraukan kesulitan itu dan tetap bersungguh-sungguh mematahkan kayu tersebut. Wal hasil kayu tersebut berhasil di patahkan meskipun pedang yang digunakannya tumpul dan berkarat. Dan di akhir adegan, ust salman dengan semangat berkata kepada murid-muridnya  “Siapa yang bersungguh-sungguh ia yang akan berhasil”.

Pada hakikatnya kata-kata “Man jadda wa jadda wajada”  memiliki dua pokok kata yang yang saling berhubungan. Yang pertama adalah “jadda” yang berarti bersungguh-sungguh dan “wajada” yang berarti mendapatkan atau menemukan. Sebenarnya setiap manusia di dunia ini telah bersungguh-sungguh (jadda) namun tidak semuanya  berhasil menjadikan taraf ke-jadda-annya tersebut berada dilevel tertinggi yang harus dia capai. “Jadda” yang berarti sungguh, amat atau sangat adalah hal yang harus di aplikasikan dalam setiap aspek perjuangan kita dalam meraih cita-cita. Jadda dalam berusaha, jadda dalam berdo’a, jadda dalam berfikir, jadda dalam bekerja, bahkan jadda dalam bersabar dan bertawakkal. Dan ingat, hanya “jadda” yang berkualitas tinggilah yang akan menuntun kita merasakan “wajada” yang indah. Allah Swt. berfirman,

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ-

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. “dan bahwasannya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).”(QS. An Najm: 39-40).


Manusia diciptakan oleh Allah Swt. dengan berbagai macam kelebihan yang dimilikinya dan tidak akan terbebani dengan sesuatu yang tak sanggup ia lakukan.  Memaksimalkan anugrah yang diberikan oleh Allah adalah sebuah wujud rasa syukur, dan Allah Swt. akan menambahkan nikmatnya bagi hambanya yang bersyukur.  “Man jadda wajada”!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar