Rabu, 10 Desember 2014

Filosofi Alfiyyah II "Mengenal Motivasi Diri"

“Mengenal Motivasi diri”
Menurut Syeikh Ibn Malik [1]

وَاْلإِسْمُ مِنْهُ مُعْرَبٌ وَ مَبْنِى # لِشَبَهٍ مِنَ اْلحُرُوْفِ مُدْ نِى

Pada bait diatas, Ibn Malik menyampaikan bahwa dalam menjalani kehidupan, sering sekali manusia memiliki motivasi yang berubah-ubah<mu’rob>, tapi ada juga orang yang fokus dan teguh pada satu motivasi<mabnie>, semua itu tidak terlepas dari tujuan<الحرف> masing-masing individu, lantas bagaimanakah kita mengetahui motivasi kita, Menurut Ibn Malik manusia dalam menjalankan tanggung jawabnya, orang dibagi menjadi 4 jenis, yang dia jelaskan pada bait dibawah ini :

كَالشَّبَهِ اْلوَضْعِىِّ فِى اْسمَىْ جِئْتَنَا # وَاْلمَعْنَوِىِّ فِى مَتَى وَفِى هُنَا
وَ كَنِيَابَةٍ عَنِ اْلفِعْلِ بِلَا # تَأَ ثُرٍ وَ كَافْتِقِارٍ اُ صِّلَا

1. Dalam melakukan setiap tindakan, kadang orang memiliki motivasi akan kedudukan atau posisi tertentu<وضعىّ >, ada yang hanya menjadi komandan<عامل>, ada yang giat sebagai subyek<فاعل >, bahkan ada yang rela hanya menjadi obyek<مفعول > saja.

2. Selain mengejar kedudukan, ada juga orang yang sangat tulus ikhlas<معنوى > dalam melakukan sesuatu. Dia bahkan tidak ingin orang tahu kalau dialah sponsor utama setiap kesuksesan yang terjadi.

3. Yang paling menjengkelkan adalah, jika seseorang melakukan suatu hal hanya sebagai pengisi waktu luang, hanya sebatas sampingan, dan hanya pengganti aktifitas-aktifitas pribadi dia<نيابى >. Ketika seperti itu orang tersebut tidak mau disalahkan ketika dia melakukan kesalahan, dan dia tidak mau tahu apa dampak yang terjadi dari apa yang telah ia lakukan.

4. Orang yang keempat ini lebih baik dari pada nomor 3, tapi lebih jelek dari nomor 2, yaitu orang yang melakukan setiap aktifitas karena dia butuh pada imbalan dari aktifitas tersebut<افتقارى >,orang semacam ini biasanya hanya berorientasi pada materi. Dia mengerjakan sesuatu karena dia butuh pada imbalan dari apa yang dia lakukan.

Ketika mengabdi di Pesantren atau tempat manapun, kita semua dapat merenungkan, motivasi manakah yang harus kita pupuk, dan motivasi manakah yang harus kita buang dari hati kita.

Wallahu a’lamu bishawab, semoga bermanfaat. (Amin yaa Rabb)
 

[1]. Abi Abdillah Muhammad Jamaluddin Bin Malik Al Andalusiy, Pengarang Kitab Nahwu Alfiah Ibn Malik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar