“Mengenal
Motivasi diri”
Menurut
Syeikh Ibn Malik [1]
وَاْلإِسْمُ مِنْهُ
مُعْرَبٌ وَ مَبْنِى # لِشَبَهٍ مِنَ اْلحُرُوْفِ مُدْ نِى
Pada
bait diatas, Ibn Malik menyampaikan bahwa dalam menjalani kehidupan, sering
sekali manusia memiliki motivasi yang berubah-ubah<mu’rob>, tapi ada juga
orang yang fokus dan teguh pada satu motivasi<mabnie>, semua itu tidak
terlepas dari tujuan<الحرف> masing-masing individu, lantas
bagaimanakah kita mengetahui motivasi kita, Menurut Ibn Malik manusia dalam
menjalankan tanggung jawabnya, orang dibagi menjadi 4 jenis, yang dia jelaskan
pada bait dibawah ini :
كَالشَّبَهِ اْلوَضْعِىِّ
فِى اْسمَىْ جِئْتَنَا # وَاْلمَعْنَوِىِّ فِى مَتَى وَفِى هُنَا
وَ كَنِيَابَةٍ
عَنِ اْلفِعْلِ بِلَا # تَأَ ثُرٍ وَ كَافْتِقِارٍ اُ صِّلَا
1.
Dalam melakukan setiap tindakan, kadang orang memiliki motivasi akan kedudukan
atau posisi tertentu<وضعىّ >, ada yang hanya menjadi komandan<عامل>, ada yang giat sebagai subyek<فاعل >, bahkan ada yang rela hanya menjadi
obyek<مفعول > saja.
2.
Selain mengejar kedudukan, ada juga orang yang sangat tulus ikhlas<معنوى > dalam melakukan sesuatu. Dia bahkan
tidak ingin orang tahu kalau dialah sponsor utama setiap kesuksesan yang
terjadi.
3.
Yang paling menjengkelkan adalah, jika seseorang melakukan suatu hal hanya
sebagai pengisi waktu luang, hanya sebatas sampingan, dan hanya pengganti
aktifitas-aktifitas pribadi dia<نيابى >. Ketika seperti itu orang tersebut tidak
mau disalahkan ketika dia melakukan kesalahan, dan dia tidak mau tahu apa
dampak yang terjadi dari apa yang telah ia lakukan.
4.
Orang yang keempat ini lebih baik dari pada nomor 3, tapi lebih jelek dari
nomor 2, yaitu orang yang melakukan setiap aktifitas karena dia butuh pada
imbalan dari aktifitas tersebut<افتقارى >,orang semacam ini biasanya hanya
berorientasi pada materi. Dia mengerjakan sesuatu karena dia butuh pada imbalan
dari apa yang dia lakukan.
Ketika
mengabdi di Pesantren atau tempat manapun, kita semua dapat merenungkan,
motivasi manakah yang harus kita pupuk, dan motivasi manakah yang harus kita
buang dari hati kita.
Wallahu
a’lamu bishawab, semoga bermanfaat. (Amin yaa Rabb)
[1].
Abi Abdillah Muhammad Jamaluddin Bin Malik Al Andalusiy, Pengarang Kitab Nahwu
Alfiah Ibn Malik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar