Belajar sebuah disiplin ilmu via nazham-an merupakan salah satu
ciri khas tradisi pendidikan pesantren. Sebagian nazham dihafal dan sebagian
yang dipelajari saja tanpa dihafal. sebut saja nazham Alfiah Ibnu Malik dan
al-‘Umrithy dalam ilmu nahwu, Nazham al-Maqshud untuk ilmu sharaf, Sullam
al-Munauraq untuk ilmu mantiq, al-Jauhar al-Maknun dalam ilmu balaghoh dan yang
lain.
Akan tetapi, nazham-nazham dalam ilmu nahwu adalah yang paling
masyhur di kalangan santri. Dan sering kali nazham-nazham tersebut digunakan
sebagai “syahid” dalam konteks yang berbeda, alias di luar ilmu nahwu, seperti
yang digunakan untuk syahid dalam pendidikan, tasawwuf, politik, cinta. Di mana
terjadi asimilasi antar horison santri dan horison nazham, yang melahirkan
penafsiran/pemaknaan baru terhadap nazham nahwu untuk konteks ilmu lain.
Jadi tujuan dari belajar hermeneutik tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk meneguhkan jiwa seorang insan sembari memberi tumpuan dan jalan
terang pelbagai aspek kehidupan. Berikut beberapa contoh dari hermeneutika ala
santri:
واعربوا مضارعا
ان عريا # من نون توكيد مباشر ومن # نون اناث كيرعن من فتن
Konteks sosial atau cinta: laki-laki itu sepeti fi’il mudhari’,
selalu mu’rab (berubah I’rabnya) dan main ke mana-mana, tapi kalau sudah
(kemasukan nun inats) terkena perempuan (dalam pengertian sudah menikah), maka
dia akan berubah, tidak bisa main-main lagi.
فما لذي غيبة أو
حضور # كأنت وهو سم بالضمير
Konteks tasawwuf: orang yang hidup mata hatinya (dhamir) adalah
orang yang berilakunya baik di mana saja dia berada (berada sendirian atau di
tengah orang-orang).
و في لدني لدني
قل وفي
Konteks pendidikan: santri harus rajin belajar, jangan harap jadi
pinter tanpa belajar, karena ilmu ladunni (jika itu ada) adalah sedikit /
jarang.
للرفع و النصب وجر
نا صلح # كاعرف بنا فاننا نلنا المنح
Kontek politik: pemimpin yang sukses adalah (seperti dhamir na)
yang bekerja demi kebaikan rakyatnya tanpa ada pembedaan antar kalangan atas,
biasa, maupun bawah (marfu’, manshub, majrur).
و في اختيار لا
يجئ المنفصل # إذا تأتى أن يجئ المتصل
Konteks cinta: ketika seorang perempuan dalam keadaan untuk memilih
pasangan (ikhtiyar), dia akan cenderung kepada laki-laki yang dekat di mata dan
hati (muttashil), yang selalu usaha kontak denganya. (jadi, apakah siap untuk
menjadi dhamir muttashil atau mau tetap bersikap dhamir munfashil?)
معرف من بعد اشارة
بأل # أعرب نعتا أوبيانا أو بدل
Konteks pendidikan: santri yang mengaji pada seorang kyai mempunyai
3 tahap, pertama hanya mengikuti (tabi’ – na’t) apa yang disampaikan oleh kyai.
Kemudian jadi bayan, menjelaskan kepada orang lain apa yang telah dia ngaji
bersama kyai, lalu jadi badal, pengganti posis jika kyai tindakan.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar