Alkisah ada seorang nelayan yang sangat giat bekerja. Setiap hari ia
bekerja sebagai nelayan penangkap ikan, yang bilamana ikan-ikan hasil
tangkapannya habis ia kembali pergi ke pantai untuk nenangkap ikan lagi.
Suatu hari, ketika sang isteri memotong ikan hasil tangkapan
suaminya, ia menemukan sesuatu yang cukup jarang dimiliki masyarakat pada
umumnya. Ia menemukan sebuah mutiara indah di dalam perut ikan.
“Maha Suci Allah! Ada mutiara indah di dalam perut ikan? Suamiku!
Suamiku! Lihatlah apa yang aku temukan?” Terperangah, suara sang istreri
menyeru suaminya.
“Apa?” Tanya singkat sang suami.
“Mutiara!” Jawab isteri singkat.
“Mutiara? Suami pun seraya tak percaya sentak menjawab. “Mutiara di
dalam perut ikan? Sungguh kamu memang isteri yang hebat! Kemarikan. Barangkali
ini hari keberuntungan kita, hingga boleh kita makan dengan makanan menu yang
lain selain ikan.” Tambahnya.
Si nelayan pun mengambil mutiara itu lalu bergegas pergi ke tempat
penjual mutiara yang tinggal di rumah sebelah. Pedagang tetanggnya itu melihat
dengan seksama dan berkata, “Aku tak mampu membelinya karena mutiara ini
terlampau berharga! Seandainya aku jual kedai dan rumah ku masih tidak cukup
untuk memenuhi harga mutiara ini. Tapi aku ada saran, pergilah kamu ke salah
seorang syeikh saudagar kaya pedagang di kota tetangga barangkali dia mampu
untuk membeli mutiara ini darimu.”
Si nelayan pun ini mengambil kembali mutiaranya lalu pergi ke
tempat saudagar kaya, pedagang yang lebih besar lagi di kota tetangga.
Sesampainya di kota tetangga, nelayan memperlihatkan dan menawarkan mutiaranya.
Saudagar kaya memperhatikan, dan berkata, “Demi Allah wahai saudaraku apa yang
engkau miliki tak ada tandingan harganya. Tapi aku ada solusi, pergilah ke wali
kota, dia mampu untuk membeli mutiara jenis ini.”
Akhirnya pergilah si nelayan ke tempat Walikota berada. Di depan
pintu ndalem Walikota, si nelayan kita berdiri membawa hartanya yang begitu
berharga itu. Ia berdiri menunggu izin untuk di perkenankan masuk. Ketika
berjumpa, Walikota berkata, “Sesungguhnya mutiara indah seperti ini yang aku
cari, tetapi aku tak tahu bagaimana menawarkan harganya, sebab mutiara ini
terlampau berharga. Namun aku perkenankan engkau masuk ke penyimpanan harta
milik pribadiku. Diamlah selama enam jam di ruang penyimpanan hartaku, ambillah
apa saja sepuas hatimu dan itulah nilai harga dari mutiaramu ini.”
“Tuanku barangkali dua jam saja itu sudah cukup bagi seorang
nelayan seperti ku ini wahai tuan?” Ucap si nelayan.
“Oh tidak! Enam jam penuh untuk kamu ambil semua harta yang ada di
dalam ruang penyimpanan harta milikku, ambil apa saja sepuas mu.” Jawab sang Walikota.
Si nelayan pun masuk ke ruang tempat penyimpanan harta Walikota. Di
dalamnya nampak bilik yang sangat mewah bukan main besarnya. Bilik itu terbagi
tiga bagian. Bilik pertama di penuhi oleh perhiasan permata, emas dan intan.
Bilik kedua di penuhi oleh kasur yang empuk, sekali pandang bisa membuat
nyenyak dan pulas tidur. Bilik ketiga di penuhi oleh makan-makanan yang lezat.
Si nelayan mulai bergumam dalam hati, “Enam jam? Sungguh masa yang
sangat banyak bagi seorang nelayan seperti ku. Apa yang harus aku lakukan dalam
masa enam jam ini? Baiklah aku mulai dari makanan dulu yang ada di bilik nomer
tiga. Aku akan makan sepuasnya sampai perutku kenyang. Dengan demikian aku
menjadi kuat untuk mengumpulkan emas sebanyak-banyaknya.”
Pergilah si nelayan untuk masuk ke dalam bilik nomer tiga. Dia
habiskan masa dua jam untuk makan, makan dan makan sampai puas. Setelah selesai
dia mulai bergerak pergi menuju bilik nomer satu. Di tengah langkahnya ia
nampak kasur yang sangat empuk di bilik nomer dua. Dia berpikir dan berguman
dalam hati, “Sekarang aku sudah makan dan kenyang tak apalah jika aku tidur
sejenak hingga boleh memberikan kekuatan bertambah pada ku supaya aku nanti
lebih kuat dan mampu mengumpulkan harta emas dan permata yang lebih besar lagi
sebanyak-banyak. Ini adalah kesempatan yang tak boleh di tunda-tunda sungguh
bodoh jika aku mensia-siakan kesempatan ini.”
Dia melangkah menuju ke Kasur yang sangat empuk, dia terlentang dan
tertidur dengan nyenyak dan sangat pulas. Setelah masa berlalu, sang Walikota
pun datang dan seraya membangukan si nelayan, “Bangun! Bangun wahai nelayan
bodoh! Masa waktu yang telah di tentukan telah berakhir.”
“Hah! Apa?” Nelayan kaget.
“Iya, ayo keluarlah! Waktunya telah habis!” Sengit Walikota.
“Aku mohon tunggu dulu. Aku masih belum mengambil kesempatan yang
cukup untuk mengambil harta ini.” Pangkas nelayan.
“Hah! Hah? Enam jam kamu berada dalam ruangan penyimpanan harta
ini. Sekarang baru kamu sadar atas kelalaianmu?” Sontak Walikota.
“Kamu ingin mendapat lebih dari emas, intan pernata? Seandainya kau
pergunakan untuk sibukkan mengumpulkan semua harta mutiara-mutiara permata ini
dan kamu keluar dengan membawa harta sebanyak–banyaknya, kemudian dengan harta
yang banyak itu engkau boleh beli makanan yang paling enak dan paling lezat,
lalu dengan harta itu engkau boleh membuat kasur yang paling empuk dan paling
bagus.” Tambah Walikota.
“Tapi dasar kamu bodoh dan dungu! Jangan pernah berfikir engkau akan
memperoleh apa yang kamu inginkan itu. Sekarang, pergila keluar!” Tukas
Walikota dengan nada tinggi.
“Duh! Jangan, jangan! Tolonglah, aku memohon kepadamu, berilah aku
kesempatan lagi!” Keluh nelayan. “Jangaaaaaaannn!” Teriaknya.
Selesai, tapi ‘ibrah belum selesai. Tahukah engkau mutiara indah yang
sangat bernilai itu? Mutiara yang sangat bernilai itu adalah ruh jiwamu. Ruh
itu mutiara yang tak ada tanding nilainya. Namun engkau tak menyadari betapa
berharganya nilai mutiara itu. Tahukah engkau terhadap bilik penyimpanan harta
benda itu? Ruang Bilik penyimpanan emas dan harta itu adalah Dunia. Perhatikan
kebanggaan, tamak dan hausnya kita terhadap dunia? Tahukah engkau atas permata,
emas dan mutiara yang ada di bilik pertama itu? Itu adalah amal-amal shalih.
Adapun tempat tidur dengan kasur yang nyaman dan empuk itu adalah
kelalaian. Sedangkan makanan dan minuman yang lezat lagi nikmat itu adalah
syahwat. Sekarang wahai saudaraku nelayan penangkap ikan, sungguh beruntung.
seandainya engkau bangun dari lelap tidurmu, tinggalkan tempat tidur kasur yang
empuk, kumpulkan perhiasan-perhiasan yang ada di depan mu sebelum waktu yang di
berikan kepadamu habis. Dan itu adalah Umur usiamu. Jika tidak maka engkau
merugi keluar dari dunia tampa memperolehi apapun.
Tuhan
telah berfirman dalam al-Qur’an surah al-Mu’minun ayat 99-100 yang berbunyi:
حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ﴿99﴾ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿100﴾
Artinya: (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga
apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya
Tuhanku kembalikanlah Aku (ke dunia)". Agar Aku berbuat amal yang saleh terhadap yang
Telah Aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka
dibangkitkan.
Sebuah kisah Menarik layak untuk di baca. Semoga kita semua berada
dalam kebaikan dan kebahagiaan. Sebab kita ini berada di sebuah zaman di mana
kita tidak tahu kapan datangnya kematian dan kembali Paduka Semesta Raya.
Oleh itu marilah kita lipat gandakan amal-amal shalih kita mulai
dari sekarang. Shalatlah di waktu malam walau hanya dua Rakaat saja setiap
hari. Bacalah dalam dua Rakaat sahalat itu 15 ayat dari al-Qur'an.
Bersedekahlah sebab sedekah dapat menolak bencana. Ruh seorang insan yang tak
ternilai harganya harus diiringi amal perbuatan baik. Kelalaian pun ada karena
tuturan syahwat. Wallahu a’lam. []
Warung Kopi Kopas, 23 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar