Minggu, 08 Februari 2015

Hikmah Ibadah Haji III (Talbiyah)

لَبيْكَ اللَهُمَ لَبيْك  لَبيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبيْكَ اِن الْحَمْدَ وَنِعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكُ لَا شَرِيْكَ لَكَ

“Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu”

Talbiyah adalah ucapan seorang hamba yang penuh keikhlasan untuk memenuhi panggilan Allah dalam rangka pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Ungkapan talbiyah diatas mengajarkan ke-Tauhidan, bahwa tidak ada tempat bergantung, tidak ada syarikat bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Orang yang bertauhid selalu dengan ikhlas memenuhi panggilan Allah. Jama`ah haji atau umrah yang mengumandangkan talbiyah  disaat ia berihram, akan melahirkan sikap tawadhu` merendahkan diri terhadap kebesaran Allah Swt.

Bacaan talbiyah sendiri mengandung empat inti kalimat sebagai berikut:

1.      Tauhid. Bacaan talbiyah yang menonjol adalah kalimat “Laa syariikalak” yang artinya “Tidak ada sekutu bagi-Mu”. Indikasinya adalah Allah menginginkan siapapun yang datang ke Tanah Suci hanya meng-Esakan-Nya yaitu Allahu Rabbul Alamin. Tidak boleh ada yang menyekutukan Allah dengan apapun termasuk yang beranggapan bahwa barang-barang atau benda yang dapat memberikan manfaat kepada manusia. Jika ia mengimani akan adanya kekuatan dari benda-benda itu, secara tidak langsung sudah keluar dari keinginan bertauhid atau dapat juga dikatakan musyrik.

2.      Syukur. Kalimat “Innal hamda” mengandung makna berterimakasih kepada Allah yang telah memberikan kenikmatan termasuk nikmat melaksanakan ibadah haji atau umrah. Allah menginginkan agar siapapun yang datang ketanah suci ingat bahwa yang memberikan kenikmatan berupa harta, tahta dan keturunan hanyalah Allah Swt. Oleh Karena itu, Allah mewajibkan kepada kita untuk selalu bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikan-Nya.

3.      Sabar. Gelombang hati yang diinginkan Allah ketika manusia mendekat ke Baitullah Ka`bah al-Musyarrafah adalah kesabaran karena pelaksanaan ibadah haji yang disertai perbuatan rafast (perkataan yang menimbulkan birahi),  fusuk (melakukan perbuatan yang menjauhkan diri dari tauhid kepada Allah) dan jidal (berbantahan dan bermusuhan) adalah tanda atau akibat dari kufur nikmat yaitu bermaksiat dan bertengkar mengumbar emosi. Semakin ia sabar, maka semakin dicintai Allah dan diberikan jalan keluar dari segala masalah yang dihadapinya.

4.      Tawakal. Dari kalimat Wal Mulk yang artinya “Seluruh kerajaan atau kekuasaan” itu menandakan bahwa manusia memiliki ketergantungan terhadap Allah Swt. seringkali manusia lupa diri dengan kekuasaan atau jabatan dunia yang diembannya. Ia merasa sombong dan merasa dirinya lebih berkuasa dari orang lain. Ketika dihadapan Ka`bah, tidak ada alasan bagi siapapun untuk merasa dirinya berkuasa dari orang lain. Atribut keduniaan yang dimiliki, haruslah di tinggalkan sesuai dengan kalimat Talbiyah bahwa tidak ada kekuasaan  yang membuat kita tenang selain kekuasaan, kerajaan,serta keagungan Allah Swt.

(Wallahu a’lam)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar