Sabtu, 27 Februari 2016

Wanita Penunggu Senja

Angin kencang menyapa kulitku, dingin!
Riung, tidak bahkan lebih. Sangat riung!
Namun ini bukan hanya angin dari alam,
ada angin lain yang ikut berhembus, dan
angin itu begitu menggebu-gebu urat nadiku.
Degup jantungku berdegup lebih kencang,
kala melihatmu di waktu yang tak pernah usang.
Maka demi angin, demi udara dan alam,
sampaikanlah sembilu rinduku kepadanya,
sampaikanlah, salam yang tak terhingga,
bahwa hingga ajal merenggut nafas,
Izrail datang menjemput dengan bebas
cintaku takkan pernah kandas tuntas
Sampai bertemu di singgahsana Tuhan,
wahai wanita idaman, penunggu senja!
Mato, 13 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar